Agama Buddha yang oleh umat Buddha dikenal sebagai Buddha Dhamma, bersumber pada kesunyataan yang diungkapkan oleh Sang Buddha Gotama lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lalu, yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang, dan oleh karenanya dapat membebaskan manusia dari ketidaktahuan (avijja) dan penderitaan (dukkha).
Dalam sejarah perkembangan agama Buddha, telah timbul berbagai mazhab dan sekte, yang saling berbeda dalam cara masing-masing menafsirkan segi-segi tertentu dari ajaran Sang Buddha, juga dalam ritualnya. Akan tetapi, sekalipun terdapat perbedaan di antara mazhab dan sekte-sekte agama Buddha, namun semuanya memiliki landasan-landasan dasar pokok dan tujuan yang sama, yang bersumber pada ajaran Sang Buddha Gotama. Perbedaan yang terdapat adalah dalam titik berat dan penekanan, tafsiran serta pengembangan falsafah dari pada landasan-landasan pokok tersebut. Landasan-landasan pokok yang sama ini adalah pengertian-pengertian yang minimal terdapat dalam semua mazhab dan sekte agama Buddha, yaitu:
-
TIRATANA (Tiga Mustika)
-
TILAKHANA (Tiga Corak Umum)
-
CATTARI ARIYA SACCANI (Empat Kesunyataan Suci)
-
KAMMA dan PATISANDHI/PUNABBHAVA (Hukum Kamma dan Tumimbal lahir)
-
PATICCASAMUPPADA (Hukum Sebab-Musabab Yang Saling Bergantungan)
-
NIBBANA (Kebahagiaan Tertinggi)
TIRATANA (TIGA MUSTIKA)
-
Buddha Ratana (Mustika Buddha), yaitu Sang Buddha Gotama adalah Guru Suci Junjungan kita, yang telah memberikan pelajaranNya kepada umat manusia dan para dewa untuk mencapai Kebebasan Mutlak atau Nibbana.
-
Dhamma-Ratana (Mustika Dhamma), yaitu Sang Dhamma adalah pelajaran Guru Suci Junjungan kita Sang Buddha Gotama yang menunjukkan umat manusia dan para dewa ke jalan yang benar, terbebas dari kejahatan, dan membimbing mereka mencapai Nibbana.
-
Sangha-Ratana (Mustika Sangha), yaitu Sang Ariya Sangha adalah Persaudaraan Bhikkhu Suci yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Anagami, dan Arahat), sebagai pengawal dan pelindung Dhamma, dan mengajarkan Dhamma kepada orang lain untuk ikut melaksanakan sehingga mencapai Nibbana.
Kebajikan Sang Buddha
-
Araham : Manusia suci yang terbebas dari kekotoran bathin.
-
Sammasambuddho : Manusia yang mencapai Penerangan Sempuma dengan kekuatan sendiri.
-
Vijjacaranasampanno : Manusia yang mempunyai pengetahuan sempuma dan melaksanakannya
-
Sugato: Yang Terbahagia
-
Lokavidu: Manusia yang mengetahui dengan sempuma keadaan setiap alamo
-
Anuttaro purisadammasarathi : Pembimbing umat manusia tanpa bandingan
-
Satthadeva manussanam : Guru Suci Junjungan para Dewa dan manusia
-
Buddho: Pembangun Kebenaran
-
Bhagava: Junjungan
Kebajikan Sang Dhamma
-
Svakkhato Bhagavata Dhamma : Dhamma adalah Ajaran Sang Buddha yang sempuma.
-
Sanditthiko : Pelaksana yang melihat Kesunyataan dengan kekuatan sendiri.
-
Akaliko: Terbebas dari keadaan dan waktu.
-
Ehipassiko: Mengundang datang memeriksa.
-
Opanayiko: Patut dilaksanakan.
-
Paccatam Veditabbo Vinnuhi : Dapat diselami oleh para Bijaksana dalam bathinnya.
Kebajikan Sang Sangha
-
Supatipanno Bhagavato Savaka Sangho : Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang melaksanakan Dhamma- Vinaya secara sempuma
-
Ujupatipanno: Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang berkelakuan jujur.
-
Nayapatipanno : Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang berjalan di Jalan Benar (yang menuju Nibbana).
-
Samicipatipanno: Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang penuh tanggung jawab dalam tindakannya.
-
Ahuneyyo : Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang patut diberikan persembahan.
-
Pahuneyyo: Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang patut diterima (diberikan penginapan dan lain-lainnya).
-
Dakkhineyyo: Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang patut diberikan dana.
-
Anjalikaraniyo : Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang patut dihormati.
-
Anuttaram punnakkhettam lokassa : Ariya Sangha siswa-siswa Sang Bhagava yang mempunyai jasa tiada taranya bagi dunia ini.
KEYAKINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Umat Buddha di seluruh dunia menyatakan ketaatan dan kesetiaan mereka kepada Buddha, Dhamnia dan Sangha dengan kata-kata dalam satu rumusan kuno yang sederhana, namun menyentuh hati, yang terkenal dengan nama TISARANA (Tiga Perlindungan). Rumusan itu berbunyi :
BUDDHAM SARANAM GACCHAMI (Aku berlindung kepada Buddha)
DHAMMAM SARANAM GACCHAMI (Aku berlindung kepada Dhamma)
SANGHAM SARANAM GACCHAMI (Aku berlindung kepada Sangha)
Rumusan ini disabdakan oleh Sang Buddha Gotama sendiri (bukan oleh para siswa-Nya atau oleh makhluk lain) pada suatu ketika di Taman Rusa Isipatana dekat Benares, pada enam puluh Arahat siswa Beliau, ketika mereka akan berangkat menyebarkan Dhamma demi kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Sang Buddha Gotama bersabda :
"Para bhikkhu, ia (yang akan ditahbiskan menjadi samanera dan bhikkhu) hendaknya : setelah mencukur rambut kepala dan mengenakan jubah kuning .. .. .. bersujud di kaki para bhikkhu, lalu duduk bertumpu lutut dan merangkapkan kedua belah tangan di depan dada, dan berkata : AKU BERLINDUNG KEPADA BUDDHA, AKU BERLINDUNG KEPADA DHAMMA, AKU BERLINDUNG KEPADA SANGHA". (Vinaya Pitaka I. 22)
Sang Buddha Gotama menetapkan rumusan tersebut bukan hanya bagi mereka yang akan ditahbiskan menjadi samanera dan bhikkhu, tetapi juga umat awam. Setiap orang yang memeluk agama Buddha, baik ia seorang awam atau pun seorang bhikkhu, menyatakan keyakinan dengan katakata rumusan TIS ARANA tersebut. Nampaknya betapa luhurnya kedudukan BUDDHA, DHAMMA dan SANGHA. Bagi umat Buddha "berlindung kepada TIRATANA" merupakan ungkapan keyakinan, sama seperti "syahadat" bagi umat Islam dan "credo" bagi umat Kristen.
Tisarana adalah ungkapan keyakinan (saddhft) bagi umat Buddha. Saddha yang diungkapkan dengan kata "berlindung" itu mempunyai tiga aspek :
-
Aspek kemauan: Seorang umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan penuh kesadaran, bukan sekedar sebagai kepercayaan teoritis, ad at kebiasaan atau tradisi belaka. Tiratana akan benar-benar menjadi kenyataan bagi seseorang, apabila ia sungguh-sungguh berusaha mencapainya. Karena adanya unsur kemauan inilah, maka saddha dalam agama Buddha merupakan suatu tindakan yang aktif dan sadar yang ditujukan untuk mencapai pembebasan, dan bukan suatu sikap yang pasif, "menunggu berkah dari atas".
-
Aspek pengertian: Ini mencakup pengertian akan perlunya Perlindungan, yang memberi harapan dan menjadi tujuan bagi semua makhluk dalam samsara ini, dan pengertian akan adanya hakekat dari perlindungan itu sendiri.
-
Aspek perasaan : Yang berlandaskan aspek pengertian di atas, dan mengandung unsur-unsur keyakinan, pengabdian dan cinta kasih. Pengertian akan adanya Perlindungan memberikan keyakinan yang kokoh dalam diri sendiri, serta menghasilkan ketenangan dan kekuatan. Pengertian akan perlunya Perlindungan mendorong pengabdian yang mendalam kepada-Nya, dan pengertian akan hakekat Perlindungan memenuhi bathin dengan cinta kasih kepada Yang Maha Tinggi, yang memberikan semangat, kehangatan dan kegembiraan.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa "berlindung" dalam agama Buddha berarti : "Suatu tindakan yang sadar yang bertujuan untuk mencapai pembebasan, yang berlandaskan pengertian dan didorong oleh keyakinan". Atau secara singkat: "Suatu tindakan sadar dari pada keyakinan, pengertaian dan pengabdian".
Ketiga aspek dari pada "berlindung" ini sesuai dengan aspek kemauan, aspek pengertian dan aspek perasaan dari bathin manusia. Oleh karena itu untuk mendapatkan perkembangan bathin yang harmonis, ketiga aspek ini harus dipupuk bersama-sama.
Berlindung kepada Tiratana sebagai peng~capan kata-kata belaka tanpa dihayati, berarti kemerosotan dari suatu kebiasaan kuno yang mulia. Perbuatan demikian melenyapkan makna dan manfaat dari Perlindungan. Berlindung kepada Tiratana seharusnya merupakan ungkapan dari suatu dorongan bathin yang sungguh-sungguh, seperti seorang yang apabila melihat suatu bahaya besar akan bergegas mencari perlindungan. Orang yang melihat rumahnya terbakar, tidak akan memperoleh keselamatan hanya dengan memuja keamanan dan kebebasan di luar tanpa bertindak untuk mencapainya.
Tindakan pertama ke arah keselamatan dan kebebasan ialah dengan "berlindung" secara benar, yaitu suatu tindakan sadar daripada keyakinan, pengertian dan pengabdian.
-
BUDDHA, sebagai perlindungan pertama, mengandung arti bahwa setiap orang mempunyai benih kebuddhaan dalam dirinya, bahwa setiap orang dapat mencapai apa yang telah dicapai oleh Sang Buddha Gotama "Seperti sayalah para penakluk yang telah melenyapkan kekotoran bathin" (Ariyapariyesana Sutta, Majjhima Nikaya). Sebagai Perlindungan, Buddha bukanlah pribadi Pertapa Gotama, melainkan para Buddha sebagai manifestasi daripada Bodhi (Kebuddhaan) yang mengatasi keduniawian (lokuttara).
-
DHAMMA, sebagai perlindungan kedua, bukan berarti kata-kata yang terkandung dalam kitab suci atau konsepsi ajaran yang terdapat dalam bathin manusia biasa yang masih berada dalam alam keduniaan" (lokiya), melainkan "Empat Tingkat Kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Anagami, dan Arahat) beserta Nibbana" yang dicapai pada akhir jalan.
-
SANGHA, sebagai perlindungan ketiga, bukan berarti kumpulan para bhikkhu yang anggota-anggotanya masih belum bebas dari kekotoran bathin (bhikkhu sangha), melainkan Pasamuan Para Bhikkhu Suci yang telah mencapai tingkat-tingkat Kesucian (Ariya Sangha). Mereka ini menjadi teladan yang patut dicontoh. Namun landasan sesungguhnya dari Perlindungan ini ialah kemampuan yang ada pada setiap orang untuk mencapai tingkat-tingkat kesucian itu.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha dalam aspeknya sebagai Perlindungan mempunyai sifat mengatasi keduniaan (lokuttara). Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha merupakan manifestasi daripada Yang Mutlak, Yang Esa, yang menjadi tujuan terakhir semua makhluk. Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai Tiratana adalah bentuk kesucian tertinggi yang dapat ditangkap oleh pikiran manusia biasa, dan oleh karena itu diajarkan sebagai Perlindungan yang Tertinggi oleh Sang Buddha.
BUDDHA, DHAMMA DAN SANGHA ATAU TIRATANA ADALAH MANIFESTASI, PERWUJUDAN, PENGEJAWANTAHAN DARI TUHAN YANG MAHAESA DALAM ALAM SEMESTA INI, YANG DIPUJA DAN DIANUT OLEH SELURUH UMAT BUDDHA DI DUNIA IN!.
-
AKU BERLINDUNG KEPADA BUDDHA
Di samping kita berlindung kepada Buddha Gotama yang merupakan Buddha yang sekarang (Paccupanna-Buddha), kita juga berlindung kepada Buddha-Buddha yang telah lampau (Atita-Buddha) dan Buddha-Buddha yang akan datang (Anagata-Buddha).
Aku berlindung kepada Sang Buddha, hingga tercapainya Nibbana.
Kepada para Buddha yang lampau,
Kepada para Buddha yang akan datang,
Kepada para Buddha yang sekarang ini,
Setiap hari aku menyampaikan hormatku,
Aku tidak mencari perlindungan lain,
Sang Buddha Pelindungku yang tiada bandingannya,
Semoga demi kebenaran dalam kata-kata ini,
Kebahagiaan dan kejayaan menjadi bagianku,
Secara hidmat dengan menundukkan kepala,
Pada kaki Yang Maha Suci, aku menghormati Beliau.
3 Jenis Buddha (Buddha 3) :
1. Sammasam-Buddha:
Seseorang yang mencapai Penerangan Sempurna atau tingkat ke-Buddhaan dengan kekuatan sendiri tanpa bantuan makhluk lain, dan mampu memberikan pelajaran pada umat manusia dan para dewa.
2. Pacceka-Buddha:
Seseorang yang mencapai Penerangan Sempurna atau tingkat ke-Buddhaan dengan kekuatan sendiri tanpa bantuan makhluk lain, tetapi tidak mampu memberikan pelajaran pada umat manusia dan para dewa.
3. Anu-Buddha atau Savaka-Buddha:
Seseorang yang mencapai Penerangan Sempurna atau tingkat ke-Buddhaan setelah melaksanakan Ajaran Sammasam-Buddha.
-
AKU BERLINDUNG KEPADA DHAMMA
Di samping kita berlindung kepada Dhamma yang sekarang (Paccuppanna-Dhamma), kita juga berlindung kepada Dhamma yang telah lampau (Atita DhamIria) dan Dhamma yang akan datang (Anagata-Dhamma).
Aku berlindung kepada Sang Dhamma, hingga tercapai Nibbana.
Kepada Dhamma yang lampau,
Kepada Dhamma yang akan datang,
Kepada Dhamma yang sekarang ini,
Setiap hari aku menyampaikan hormatku.
Aku tidak mencari perlindungan lain,
Sang Dhamma Pelindungku yang tiada bandingannya,
Semoga demi kebenaran dalam kata-kata ini,
Kebahagiaan dan kejayaan menjadi bagianku
Secara hidmat dengan menundukkan kepala,
Aku menghormati Dhamma Tiga Masa yang Agung.
3 Jenis Dhamma (Dhamma 3) :
1. Pariyatti-Dhamma:
Belajar Dhamma- Vinaya secara tekun.
2. Patipatti-Dhamma:
Melaksanakan Dhamma- Vinaya dalam kehidupan sehari-hari secara baik.
3. Pativedha-Dhamma:
Penembusan, yaitu menganalisa kejadian hidup ini dengan melaksanakan Vipassana- Bhavana sehingga mencapai Nibbana.
-
AKU BERLINDUNG KEPADA SANGHA
Di samping kita berlindung kepada Sangha yang sekarang (Paccuppanna-Sangha), kita juga berlindung kepada Sangha yang telah lampau (Atita-Sangha) dan Sangha yang akan datang (Anagata-Sangha).
Aku berlindung kepada Sang Sangha, hingga tercapai Nibbana.
Kepada Sangha yang lampau,
Kepada Sangha yang akan datang,
Kepada Sangha yang sekarang ini,
Setiap hari aku menyampaikan hormatku.
Aku tidak mencari perlindungan lain,
Sang Sangha Pelindungku yang tiada bandingannya,
Semoga demi kebenaran dalam kata-kata ini,
Kebahagiaan dan kejayaan menjadi bagianku.
Secara hidmat dengan menundukkan kepala,
Aku menghormati Sangha Tiga Masa yang Agung.
2 jenis Sangha (Sangha 2) :
1. Sammuti-Sangha:
Persaudaraan Bhikkhu Biasa, para bhikkhu yang belum mencapai kesucian.
2. Ariya-Sangha:
Persaudaraan Bhikkhu Suci, para bhikkhu yang telah mencapai kesucian, yaitu tingkat-tingkat kesucian Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Arahat.
"BERLINDUNG KEPADA SANGHA" adalah dimaksudkan kita berlindung kepada Ariya-Sangha (Persaudaraan Bhikkhu Suci) dan kita tidak berlindung kepada SammutiSangha (Persaudaraan Bhikkhu Biasa), hanya menghormati para beliau karena mengemban Amanat Sang Buddha Gotama sebagai Pelindung dan Penyebar Dhamma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar