Awal, Pertengahan, dan Akhir |
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
Masa Awal
Dalam Agañña Sutta dijelaskan tentang asal-usul manusia. Ketika dunia ini mulai terbentuk kembali, makhlukmahkluk yang mati di Abhassara (alam cahaya), terlahir kembali sebagai manusia. Makhluk-makhluk Abbassara merupakan makhluk yang diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Pada awal manusia muncul, dunia terdiri dari air, gelap gulita, tidak ada matahari atau bulan, laki-laki maupun wanita belum ada.
Kemudian tanah dengan sarinya muncul dari dalam air. Di antara makhluk-makhluk yang memiliki pembawaan sifat serakah berkata: O apakah ini? dan mencicipi sari tanah itu dengan jarinya, dan makhluk-makhluk lainnya mengikuti perbuatannya, maka cahaya tubuh makhluk-makhluk itu menjadi lenyap. Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, maka matahari, bulan, dan bintang-bintang nampak. Demikian pula dengan siang dan malam, bulan dan pertengahan bulan, musim-musim dan tahun-tahun pun terjadi. Maka bumi terbentuk kembali.
Selanjutnya makhluk-makhluk itu menikmati sari tanah yang berlangsung dalam masa yang lama sekali, kemudian tubuh mereka menjadi padat, dan terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Sebagian memiliki bentuk tubuh yang indah dan sebagian memiliki bentuk tubuh yang buruk.
Selanjutnya, muncullah tumbuh-tumbuhan dari tanah, kemudian tumbuhan itu lenyap, lalu muncullah tumbuhan menjalar, kemudian tumbuhan menjalar itu lenyap, lalu muncullah padi yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam; harum dengan butir-butir yang bersih, dan mereka menikmatinya. Muncul dan lenyapnya tumbuh-tumbuhan itu dikarenakan kelakuan buruk dan kebiasaan-kebiasaan tidak sopan yang dilakukan mereka. Sejak kelakuan buruk dan kebiasaan-kebiasaan tidak sopan menjadi umum di kalangan mereka, maka dedak telah menutupi butir padi yang bersih dan sekam juga telah membungkus butir-butir padi tersebut. Dan bilamana telah memetiknya, padi itu tidak langsung tumbuh kembali, sehingga terjadilah masa menunggu dan menjaga ladang.
Sebagian makhluk yang sedang menjaga ladang, mencuri padi dari ladang orang lain. Karena mencuri, sebagian dari mereka memukulnya, sebagian melemparinya dengan bongkahan tanah dan sebagian memukulnya dengan tongkat. Demikianlah awal munculnya perbuatan mencuri, pemerkosaan, kebohongan, dan hukuman pun menjadi dikenal.
Kemudian, makhluk-makhluk itu berkumpul bersama dan meratap dengan berkata: ”Perbuatan-perbuatan jahat telah muncul di kalangan kita, maka sebaiknya kita memilih salah seseorang di antara kita untuk mengadili mereka yang patut diadili, memeriksa mereka yang patut diperiksa, dan mengucilkan mereka yang harus dikucilkan. Kemudian mereka memilih salah seorang di antara mereka yang paling rupawan, paling disukai, paling menyenangkan, paling pandai sebagai penguasa ladang. Ia membuat senang orang lain dengan Dhamma (dengan melaksanakan prinsip kebenaran).
Masa Pertengahan
Diceritakan dalam Cakkavati Sihanada Sutta tentang usia kehidupan manusia setelah dunia ini terbentuk. Dikisahkan bahwa pada jaman dahulu ada seorang maharaja dunia (cakkavatti) yang bernama Dalhanemi yang jujur, memerintah berdasarkan kebenaran, raja dari empat penjuru dunia, penakluk, pelindung rakyatnya, pemilik tujuh macam permata yaitu cakka, gajah, kuda, permata, wanita, kepala rumah tangga, dan penasehat. Ia menguasai seluruh dunia sampai ke batas lautan, yang ditaklukkannya bukan dengan kekerasan atau dengan pedang tetapi dengan kebenaran (Dhamma).
Suatu ketika Raja Dalhanemi memanggil putra yang tertua dan berkata: ’Anakku, dengarkanlah, saya telah menikmati kenikmatan duniawi. Anakku, pimpinlah dunia ini sampai di batas lautan, karena saya akan mencukur rambut serta janggutku, mengenakan jubah kuning, meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa.' Demikian pula raja Cakkavatti kedua... ketiga ...keempat ...kelima ...keenam, dan raja Cakkavatti ketujuh.
Suatu ketika kemiskinan meluas, seorang tertentu melakukan pencurian. Ia ditangkap dan dihadapkan kepada raja dan diadili. Mereka mencuri dengan alasan untuk mempertahankan hidup. Kemudian raja memberikan dana kepada orang itu dengan berkata: ’Dengan dana ini kau dapat menyambung hidupmu, peliharalah orang tuamu, anak-anakmu dan istrimu. Kerjakanlah pekerjaanmu dan berdanalah selalu kepada para samana dan petapa, karena perbuatan ini berpahala untuk terlahir kembali di alam surga.’
Pada suatu masa, terdapat raja yang tidak memberikan dana. Karena dana-dana tidak diberikan kepada orang-orang miskin maka hal-hal yang tidak baik meluas seperti kemelaratan, pencurian, kekerasan, pembunuhan, dan sebagainya. Karena hal-hal ini berkembang dan meluas, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, hingga batas usia kehidupan manusia pada masa itu adalah 40.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanya 20.000 tahun. Hingga akhirnya usia kehidupan manusia adalah 10 tahun. Di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 10 tahun tingkah laku manusia adalah seperti binatang. Dalam masa ini, ada yang berpikir: ’Sebaiknya kita jangan membunuh atau kita tidak membiarkan orang lain membunuh kita.’ Karena melaksanakan kebajikan ini maka akibatnya batas usia kehidupan dan kecantikan mereka bertambah. Bagi mereka yang batas usia hanya 10 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 20 tahun, dan seterusnya sampai pada batas usia kehidupan 80.000 tahun.
Pada masa usia rata-rata manusia 80.000 tahun, maka usia perkawinan adalah 500 tahun. Pada masa orang-orang ini hanya akan ada tiga macam penyakit -- keinginan, lupa makan, dan ketuaan. Pada masa kehidupan orang-orang ini, di dunia akan muncul seorang Bhagava Arahat Sammasambuddha bernama Metteyya, yang sempurna dalam pengetahuan dan pelaksanaannya, sempurna menempuh jalan, pengenal segenap alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, yang sadar serta yang patut dimuliakan. Ia, dengan dirinya sendiri akan mengetahui dengan sempurna dan melihat dengan jelas alam semesta bersama alam-alam kehidupan para dewa, brahma, mara, serta para samana, para pertapa, para pangeran dan orang-orang lainnya. Dhamma kebenaran yang indah pada permulaan, indah pada pertengahan dan indah pada akhir akan dibabarkan dalam kata-kata dan semangat, kehidupan suci akan dibina dan dipaparkan dengan sempurna dengan penuh kesucian.
Masa Akhir
Dalam Sattakanipata, Aṅguttara Nikāya, dijelaskan bahwa suatu masa apabila umur rata-rata manusia terus merosot menjadi 10 tahun, kemudian naik kembali sampai umur manusia rata-rata tidak terhitung dan kemudian turun lagi, entah jutaan atau milyaran tahun lagi. Maka pada akhir masa dunia (kehancuran bumi) muncullah suatu masa dimana hujan tak pernah lagi turun, setelah lama berlalu demikian, maka muncullah matahari kedua. Lalu dengan berselangnya suatu masa yang lama matahari ketiga muncul, matahari keempat, matahari kelima, matahari keenam, dan akhirnya muncul matahari ketujuh. Matahari-matahari tersebut bukan terjadi dan muncul di angkasa secara tiba-tiba, tetapi matahari-matahari tersebut sesungguhnya telah ada di alam semesta kita ini. Pada waktu matahari ketujuh muncul, bumi kita terbakar hingga menjadi debu dan lenyap bertebaran di alam semesta.
Oleh: Bhikkhu Suratano (15 Maret 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar