Keharmonisan |
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
Akkodhena jine kodhaṁ, Asādhuṁ sādhunā jine
Jine kadariyaṁ dānena, Saccena alikavādinaṁ
Kalahkan amarah dengan cinta kasih, Kalahkan kejahatan dengan kebajikan
Kalahkan kekikiran dengan murah hati, Kalahkan kebohongan dengan kejujuran
(Dhammapada 17:3)
Keharmonisan pada umumnya diharapkan semua orang, tak seorang pun yang tidak menginginkannya. Untuk memunculkan sikap yang harmonis terkadang tidak mudah apalagi jika bertemu dengan orang yang tidak disukai atau orang yang memiliki perbedaan dengan dirinya.
Yang membuat orang tidak bisa harmonis atau berkonflik dengan yang lain karena adanya nafsu keinginan indera dan nafsu pada pandangan. Hal ini pernah ditanyakan oleh Brahmana Aramadanda kepada Y.M. Mahakaccana seperti yang terurai dalam Aṅguttara Nikāya kelompok dua (dukanipata).
Nafsu keinginan pada indera penyebab yang pertama, mengingat setiap orang memiliki panca indera yang tampak dari luar. Jika panca indera bertemu dengan apa yang tidak disukai, maka akan timbul konflik. Mata melihat hal yang tidak disukai, timbullah konflik. Telinga mendengar suara yang tidak disukai, timbul konflik. Lidah merasakan rasa tidak enak, timbul konflik. Hidung mencium aroma tidak enak, timbul konflik. Jika panca indera kita belum bisa terkendali, maka akan banyak masalah yang membuat tidak harmonis. Tetapi jika panca indera ini mulai bisa menerima perbedaan atau sesuatu dengan apa adanya, maka tidak akan ada konflik, sehingga hidup harmonis bisa diperoleh, karena setiap keinginan manusia terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Inilah penyebab pertama yang membuat kita tidak harmonis.
Penyebab yang kedua adalah adanya nafsu pada pandangan. Pandangan atau cara pikir ini terletak di dalam pikiran kita. Ketika pandangan kita tidak sama dengan orang lain biasanya membuat kita berkonflik sehingga tidak harmonis. Beda pendapat dengan orang lain, kita menjadi tidak suka dengan orang itu. Malah yang lebih parah lagi, jika kita mengharapkan orang lain sama dengan diri kita. Ini justru tidak mungkin. Ada salah satu pernyataan ”kita tidak bisa mengubah dunia, yang bisa kita lakukan yang pertama adalah mengubah diri sendiri”. Tetapi jika kita siap menerima cara pikir atau pandangan orang lain, maka tidak akan ada konflik, yang ada keharmonisan satu sama lainnya.
Ada empat hal yang membawa menuju pada suasana persahabatan atau keharmonisan, empat hal ini bisa kita kembangkan dalam diri kita. Ini dalam bahasa Pāli disebut Saṅghavatthu.
1. Dāna (membagi apa saja yang kita miliki)
Yang pertama agar suasana harmonis bisa kita dapatkan adalah dengan membagi apa saja yang kita miliki tidak harus materi, tetapi dapat berupa perhatian, nasehat, dan masih banyak lagi. Kalau kita sering membagi apa yang kita miliki, selain menambah jasa kebajikan juga memunculkan keharmonisan, karena dengan memberi kepada orang lain tentu orang lain akan senang terhadap diri kita. Memberi maaf kepada orang lain termasuk juga dana yang bisa kita lakukan, tetapi jarang sekali orang mau memberi maaf kepada orang lain. Padahal pemberian maaf tidak usah keluar banyak tenaga maupun materi. Perlu diingat bahwa memberi adalah kekuatan yang tidak menghancurkan yang lain dan juga tidak merugikan orang.
2. Piyavācā (berbicara yang menyenangkan)
Dalam pergaulan berbicara sangat berpengaruh. Jika kita ingin menciptakan suasana yang harmonis, seyogyanya perlu berhati-hati dalam berbicara. Jangan terlalu menjilat atau terlalu kasar. Hindarkan kata-kata yang menyakitkan, hindarkan kata-kata yang mengandung keserakahan seperti membicarakan harta kekayaan milik sendiri pada orang lain. Hindarkan juga kata-kata yang mengandung unsur keakuan. Tetapi jika kita berbicara yang menyenangkan dan apa adanya serta tidak menyinggung orang lain, tentu suasana keharmonisan atau persahabatan dapat diperoleh.
3. Atthacariyā (melakukan hal-hal yang berguna pada orang lain)
Dalam menjalin hubungan yang harmonis hendaknya kita melakukan hal-hal yang berguna pada orang lain. Seperti membantu orang lain yang dalam kesulitan, membantu mengarahkan orang lain menuju kebaikan. Karena dengan ringan tangan banyak orang yang simpati terhadap kita. Sehingga menjadi harmonis antara orang satu dengan yang lainnya.
4. Samānattatā (Ketenangan batin dan tanpa kesombongan)
Dengan memiliki ketenangan batin tentu banyak orang yang senang dengan diri kita. Orang akan yakin terhadap sikap kita. Apalagi jika tidak sombong terhadap siapa pun, hal ini akan membuat kita selalu terkenang. Dengan demikian suasana keharmonisan mudah kita dapatkan.
Inilah empat hal yang membawa menuju suasana penuh dengan keharmonisan, baik dalam keluarga, pergaulan, maupun dalam sosial kemasyarakatan.
Sumber: Aṅguttara Nikāya
Oleh: Bhikkhu Atthadhiro (17 Mei 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar