PATICCASAMUPADA
DALAM Kitab Suci Tipitaka (Pali) banyak ditulis saat-saat ketika pertapa Gotama berhasil memahami Hukum Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan, sehingga akhirnya Beliau berhasil mencapai Penerangan Sempurna (Sammasam-Buddha). Akan. tetapi hal yang terpenting adalah proses pemahaman "hukum" itu sendiri yang terjadi sesaat sebelum pencapaian Penerangan Sempurna. Para Buddha telah mencapai Penerangan Sempuma mereka melalui proses ini.
Kata "Paticcasamuppada" mempunyai arti : Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan atau timbul karena kondisi-kondisi yang saling bergantungan.
Paticcasamuppada ini adalah untuk memperlihatkan kebenaran dari keadaan yang sebenarnya, dimana tidak ada sesuatu itu timbul tanpa sebab. Bila kita mempelajari Hukum Paticcasamuppada ini dengan sungguh-sungguh, kita akan terbebas dan pandangan salah dan dapat melihat hidup dan kehidupan ini dengan sewajarnya.
Paticcasamuppada ini adalah merupakan obyek dasar dari Vipassana Bhavana termasuk salah satu obyek dari keenam obyek dasar Vipassana Bhavana, yaitu :
- Khadha 5/Pancakkhandha
- Dhatu 18
- Ayatana 12
- Indriya 22
- Paticcasamuppada
- Ariya Sacca/Cattari Ariya Saccani
Paticcasamuppada ada 12 faktor sebagai berikut :
- Avijja paccaya sankhara : Dengan adanya Avijja (kebodohan bathin) maka muncullah Sankhara (bentuk-bentuk karma).
- Sankhara paccaya vinnanam : Dengan adanya Sankhara (bentuk-bentuk karma) maka muncullah Vinnana (kesadaran).
- Vinnana paccaya nama-rupam : Dengan adanya Vinnana (kesadaran) maka muncullah Nama-Rupa (bathin jasmani).
- Nama-Rupa paccaya salayatanam : Dengan adanya Nama-Rupa (bathin-jasmani) maka muncullah Salayatana (enam landasan indera).
- Salayatana paccaya phasso : Dengan adanya Salayatana (enam landasan indera) maka muncullah Phassa (kesan-kesan/kontak).
- Phassa paccaya vedana : Dengan adanya Phassa (kesan-kesan kontak) maka muncullah Vedana (perasaan).
- Vedana paccaya tanha : Dengan adanya Vedana (perasaan) maka muncullah Tanha (keinginan rendah).
- Tanha paccaya upadanam : Dengan adanya Tanha (keinginan rendah), maka muncullah Upadana (kemelekatan)
- Upadanna paccaya bhavo : Dengan adanya Upadana (kemelekatan) maka muncullah Bhava (penjadian).
- Bhava paccaya jati : Dengan adanya Bhava (penjadian) maka muncullah Jati (kelahiran).
- Jati paccaya jara-maranam : Dengan adanya Jati (kelahiran) maka muncullah Jara (ketuaan) dan Marana (kematian).
Arti secara terperinci dari Paticcasamuppada 12, yaitu :
- Avijja (Pali) atau Avidya (Sansekerta), berarti kegelapan bathin atau kebodohan bathin, karena tidak menembus Empat Kesunyataan Suci, sehingga orang terus-menerus berpegangan kepada kepercayaan tentang adanya "diri yang kekal" atau "aku yang kekal" dan terpisah. Dengan itu orang terns melakukan,dan mengikatkan dirinya pada perbuatan-perbuatannya yang baik atau yang jahat, sehingga ia tumimbal-lahir terus-menerus.
- Sankhara, berarti bentuk-bentuk bathin yang mernpakan kehendak (cetana) yang membabar dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang juga dapat disebut bentukbentuk karma.
- Vinnana, berarti kesadaran, yang dimaksudkan adalah kesadaran yang merupakan akibat (vipaka) dari bentuk-bentuk karma (sankhara) yang baik atau yang jahat. Kesadaran ini disebut "patisandhivinnana" atau kesadaran yang bertumimbal lahir pada suatu bentuk kehidupan baru.
- Nama-Rupa, berarti bathin danjasmani. Dengan bathin disini hanya dimaksudkan tiga Khandha (kelompok kehidupan), yaitu : vedana (perasaan), sanna (pencerapan) dan sankhara (bentuk bathin). Sedangkan vinnana (kesadaran) tidak termasuk, karena merupakan dasar syarat bagi pertumbuhan Nama-Rupa (bathinjasmani). Tetapi, jika tidak berhubungan dengan Paticcasamuppada, maka yang disebut Nama (Bathin) selalu terdiri dari empat khandha, yaitu vedana (perasaan), sanna (pencerapan), sankhara (bentuk bathin) dan vinnana (kesadaran).
JADINYA BERBEDA PENGERTIAN SINGKATAN NAMA-RUPA DALAM PANCAKKHANDHA
DENGAN NAMA-RUPA DALAM PATICCASSAMUPPADA.
- Salayatana, berarti enam landasan indera (mata, telinga, hidung, lidah, jasmani dan pikiran). Enam Landasan Indera ini muncul berbarengan dan bersama dengan Nama-Rupa (Bathin-Jasmani). Enam Landasan Indera ini merupakan akibat (vipaka) karma dari kehidupan yang lampau.
- Phassa, berarti kesan-kesan/kontak, yaitu :
- kesan/kontak mata
- kesan/kontak telingga
- kesan/kontak hidung
- kesan/kontak lidah
- kesan/kontak jasmani
- kesan/kontak pikiran
- Vedana, berarti perasaan. Perasaan yang muncul dari kesan-kesan : mata, telinga, hidung, lidah, jasmani dan pikiran.
- Tanha, berarti keinginan rendah atau kehausan yang tak habis-habisnya, mencari kepuasan di sana-sini. Terdapat tiga macam Tanha, yaitu :
a. Kama-tanha, ialah kehausan terhadap kesenangan-kesenangan indera yaitu kehausan pada :
a. bentuk yang indah
b. suara yang merdu
c. bau yang wangi semerbak
d. rasa yang enak dan nikmat
e. sentuhan yang empuk dan halus
f. bentuk-bentuk bathin yang menyenangkan
b. Bhava-tanha, ialah kehausan untuk menjelma berdasarkan kepercayaan tentang adanya "aku" yang kekal dan terpisah (attavada).
c. Vibhava-tanha, ialah kehausan untuk memusnahkan diri berdasarkan kepercayaan yang salah, yang menganggap bahwa setelah mati tamatlah atau habislah riwayat tiap manusia/makhluk (ucchedavada).
Upadana, ialah kemelekatan, yang terdiri dari 4 macam, yaitu :
. Kamupadana, ialah kemelekatan pada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan dan kesan pikiran. Atau kemelekatan pada kesenangan indera.
a. Ditthupadana, ialah kemelekatan pada pandangan yang salah, yaitu : yang benar dikatakan salah, yang baik dikatakan buruk, yang berguna dikatakan tidak berguna dan lain-Iainnya.
b. Silabbatupadana, ialah kemelekatan pada upacara agama, yang menganggap bahwa upacara agama dapat menghasilkan kesucian.
c. Attavadupadana, ialah kemelekatan pada kepercayaan tentang adanya "aku" atau "atta" yang kekal dan terpisah.
Bhava, ialah proses dumadi, yang terdiri dari dua macam, yaitu :
. Kammabhava, ialah proses kamma yaitu munculnya bentuk -bentuk karma yang menyebabkan tumimbal lahir.
a. Upattibhava, ialah proses tumimbal-Iahir, yaitu buah-buah kamma yang lalu (vipaka-kamma).
Jati, ialah kelahiran yaitu munculnya kelima khandha (pancakhandha).
Jara-marana, ialah ketuaan dan kematian, yang merupakan rangkaian penderitaan, seperti kesakitan, susah hati, kesedihan, ratap tangis, putus asa, kecewa, kematian dan lain-Iainnya.
Patticcasamuppada ini terbagi 7 (tujuh) bagian yaitu :
. Tayo-addha : 3 masa.
a. Dvadasafigani : 12 faktor
b. Visatakara : 20 cara
c. Tisandhi : 3 hubungan
d. Catusankhepa : 4 hubungan
e. Tini-Vattani : 3 lingkaran
f. Dve-mulani : 2 akar
Penjelasan :
- Tayo-Addha adalah 3 masa, yaitu Avijja dan Sankhara faktor ini termasuk Atita-Addha (masa yang lampau). Jati dan Jara-marana 2 faktor ini termasuk Anagata addha (masa yang akan datang). Sedangkan selebihnya dibagian tengah ada 8 faktor (vinnana, nama-rupa, salayatana, phassa, vedana, tanha, upadana dan bhava) termasuk Paccuppanna-addha (masa yang sekarang)
- Dvadasangani adalah 12 faktor, yaitu Avijja, Sankhara, Vinnana, Nama-Rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Tanha, Upadana, Bhava, Jati dan Jara marana.
- Visatakara adalah 20 cara, yaitu :
- Keadaan yang menjadi sebab yang lampau (atitahetu) ada 5 faktor, yaitu Avijja, Sankhara, Tanha, Upadana dan Bhava.
- Keadaan yang menjadi akibat yang sekarang (paccuppanna-phala) ada 5 faktor yaitu, Vinnana, Nama-Rupa, Salayatana, Phassa dan Vedana.
- Keadaan yang menjadi sebab yang sekarang (paccuppanna-hetu) ada 5 faktor, yaitu Tanha, Upadana, Bhava, Avijja dan Sankhara.
- Keadaan yang menjadi akibat yang akan datang (anagata-phala) ada 5 faktor, yaitu Vinnana, Nama Rupa, Salayatana, Phassa dan Vedana.
- Tisandhi adalah 3 hubungan, yaitu Sankhara dengan Vinnana menjadi 1 hubungan, Vedana dengan Tanha menjadi 1 hubungan Bhava dengan Jati menjadi 1 hubungan.
- Catusankhepa adalah 4 bagian, yaitu :
- Avijja dan Sankhara jumlah 2 faktor ini menjadi 1 bagian.
- Vinna, Nama-Rupa, Salayatana, Phassa dan Vedana jumlah 5 faktor ini menjadi 1 bagian.
- Tanha, Upadana dan Bhava jumlah 3 faktor ini menjadi 1 bagian.
- Jati dan Jara-marana jumlah 2 faktor ini menjadi 1 bagian.
- Tini-Vattani adalah 3 lingkaran, yaitu :
- Avijja, Tanha dan Upadana jumlah 3 faktor ini menjadi Kilesa-Vatta.
- Sankhara dan Bhava (khusus Kamma-Bhava) jumlah 2 faktor ini menjadi Kamma-Vatta.
- Vinnana, Nama-Rupa, Salayatana, Phassa, Vedana dan Bhava (khusus Uppati-Bhava), Jati dan Jaramarana jumlah 8 faktor ini menjadi Vipaka- Vatta.
- Dvemulani adalah 2 akar, yaitu Avijja dan Tanha.
Rumusan keseluruhan hukum Paticcasamuppada itu diringkaskan sebagai berikut :
"Dengan adanya ini, adalah itu, dengan timbulnya ini timbullah itu. Dengan tidak adanya ini, tidak adalah itu, dengan lenyapnya ini, lenyaplah itu".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar